Senin, 04 Mei 2015

NARASI PEREMPUAN




Tubuh merah membara, lekas surut. Terbuang seperti kondom bekas. Seperti kenangan yang siap dikubur di makam. Mengkerut seperti keriput hari. Menggoda di tepi jalan.  Pucat seperti pajangan.... 

Mari kuliti malam, dengan sumpalan mulut bedebahmu. Selepasnya biar perempuan yang memanggul dosa. Dan lelaki berkelebat seperti pemburu. Mengincar dan memangsa. Dengan senapan dan sepatu bot. Berderap merajah tubuh kami.

Menggeliat. Melahirkan ratusan anak. Tumpukan uang itu telah membeli nyawa orok-orok. Tanpa nama. Tanpa bapak.
Matipun, dengan diam-diam....
[ 03 mei 2015 ]

Minggu, 05 April 2015

Dialog Kipas Angin

( Di sebuah ruang, dinding - lantai - buku- meja - kursi saling menyapa.Saling menatap. Saling bergumam. Saling menuding. Kipas angin tetap saja bising berputar-putar di langit )
Duduk dalam narasi pucat. Berbincang sambil menawan secangkir teh di tangan. Dengan pikiran untuk saling mencaci dan melarikan diri. Meski tubuh diam, seperti aksara kapital, kaku dan jarang berkawan dengan penyair. Kepengen lepas dari kungkungan ....
meja : " menjadi cuaca lebih buruk ketimbang jadi pikiran manusia yang melasat lesat dan merepotkan"
dinding : "aku sudah sedari malam kedinginan dan kalian masih tak gusar pada cuaca....mungkin buku-buku lebih menikmati dirinya ketimbang tidur"
Buku : "bagaimana kau bilang aku lebih asyik dan khusyuk ketimbang kalian ....aku seperti bom yang lama tak meledak, meski detik tetap berjalan. aku lebih gusar....mengerti semua peristiwa dalam tubuhku. pengen rasanya muntah ..."
lantai : "berdecit setiap napasku. Pengen aku jalan-jalan ke mimpi -mimpi manusia. merusak tatanan pikiran dalam sehari dan mengacaukan  keinginan yang belum tercapai dalam dunia bawah sadar mereka. dan itu lebih nakal dari elektron-elektron di tubuh mereka yang sering main petak umpet"
(Buku, meja, kursi, lantai menatap kipas angin yang tak mau berhenti ) 
kipas angin : "kalian ....jangan menatapku!! aku hanya kepengen satu ...tolong hentikan aku. aku lelah sekali. marahi saja cuaca yang menganggap keren saat dia saling adu jotos dengan hujan"
Lalu semua diam ....kipas angin terus bergumam sendiri. mengumpat sendiri. berteriak sendiri.
dan waktu masih tik tok tik tok tik tok ......
(kipas angin mulai gemar ber-monolog)


Kamis, 02 April 2015

Surat Ibu



Aliran kehidupan ini sungguh menarik Gusti....
Bagaimana sebuah pikiran dapat menyatu dengan waktu yang seolah saling kejar mengejar.
Bagiku, aliran postmodern sangat akrab dengan kehidupanku, dengan frame yang sudah lama aku tatah dan kuhaluskan permukaannya sedikit demi sedikit.
Alur yang rancu kadang sengaja kuhadirkan. Kembali kuserahkan tanpa syarat dalam beberapa kesempatan.
Lalu kembali lagi.....kadang melesat ke masa depan yang sering  membuatku ingin berdiri dan tak ingin menoleh lagi.
Aku tak ingin bangkit untuk saat ini. Aku masih menyisakan kenangan yang belum kuziarahi.
Buruk...indah....tak mengapa karena aku adalah penganut postmodern & Bloom (TEORI HUMANISTIK)
Penganut tatanan yang dapat kau koyakkan setiap saat, dapat kurubah setiap saat sesuai warna  yang kuinginkan.
Sakit, benci, marah, tolol, jujur, manis , pembunuh, perusuh, pengayom, rindu, .....

Lalu kemana kau letakkan duniamu?
Disini...yah disini, di dada kedua anakku yang kelak mewarisi jiwa anti kemapanan ini, jiwa bebas ini, jiwa perombak ini, dan jiwa jujur ini dalam waktu yang bersamaan ...
Dari alur inilah, mulai kurekam jejakku melalui kata-kata, tulisan, lukisan, buku-buku, juga mimpi-mimpi yang telah mengalir kedalam darah anak-anakku...
Berkelilinglah dunia dimana dunia yang sempat hilang itu singgah di ‘dead valley’
Mendakilah di puncak Mont Blanc, Kilimanjaro dan Everest
Belahlah laut Merah, susuri Amazon yang tenang dan mematikan serta bekuan air di sungai Volga
Singgahlah di atap Pamir, sapalah Spinx dalam gundukan debu-debu kering
Dan ciumlah Hajjar Aswad dengan linangan air mata di seluruh indramu
Beginilah ending sebuah cerita.....elegi syahdu seperti perahu yang luruh dalam damai angin timur

[ 01 April 2015_utk anak-anakku ]



POStMODERN
[sebuah teori, namun justru menghargai teori-teori yang bertebaran dan sulit dicari titik temu yang tunggal. Hal ini secara singkat sebenarnya ingin menghargai faktor lain (tradisi, spiritualitas) yang dihilangkan oleh rasionalisme, strukturalisme dan sekularisme]

Selasa, 31 Maret 2015

SIMBOLISASI

.....pertama mari kita bertahan pada satu sudut pandang bahwa manusia memiliki 3 kepribadian { scr garis besar), manusia yang Simbolis, Kapitalis dan Libido ...tak usah memilih, karena Tuhan sudah sangat tahu kemauan manusia melebihi Tuhan berkehendak. namun tetap saja manusia adalah Tuhan-tuhanan yang selalu senang bermain dengan kata "Tuhan".....
....sejak manusia sadar bahwa hakikat manusia yang bebas, kita senang membuat era dimana kebenaran bermula dari pencarian dari keingintahuan kita. Dengan ekstensialismenya yang radikal,manusia mulai muncul pertanyaan-pertanyaan mendasar dan mencapai puncaknya bahwa tujuan manusia adalah "kebahagiaan"
....dari era romantisme,  mistis menjadi fundamental pemikiran pada waktu itu,muncul kaum filsuf yang mulai mengusik manusia dengan kehidupannya yang menyesakkan dan masadepan yang mengkhawatirkan.
....begitu juga kaum 'filistin' yang dengan hobinya gemar menuding kaum filsuf dan tehnokrat adalah kafir intelektual...rasanya akal sehat vs sains selau beradu untuk memenangkan sebuah kebenaran.
...pada akhirnya dari pertarungan ide-ide dengan membawa -isme-ismenya mereka akan kembali menjadi sebuah simbol bahwa manusia kelak akan masuk museum dengan deretan buku biografinya dan sejarah yang saling ubah-mengubah. Sangat mengenaskan ....dunia mistis penuh dengan simbol, kehidupan seks yang menyenangkan dibuat etalase, dan kemewahan akan menjadi sebuah tugu. Babak-babak kejayaan akan dikenang lewat lagu-lagu ....kemudian akan musnah menyatu dengan lembutnya debu, akar dari ketidaktahuan manusia.

Selasa, 10 Maret 2015

SURAT untuk PRESIDEN


selamat sore Tuan presiden....
jarak masih mengingkari waktu dan begitulah :

jauh,
Tuan terlalu pongah dalam rengkuh
gagap diujung kata biar runtuh
pun koyak dalam sentuh
kemudian saksi  mengeluh
karena tuan tak menyeru
diam seperti bidak membatu
dan jelata merayap seperti belatung

jauh,
tuan masih mematung dalam kultus
jadi tuhan ... pergi tak hirau
dan kami tetap jadi belatung...

tinggal menghitung
kapan mayat bergelantung



Manusia (tidak) Bebas

Malam itu angin bergerak binal. Habis hujan dan jalanan aspal sudah mulai agak kering. Basah, beberapa dedaunan yang rimbun di pinggir jalan...